“Kembalikan sastra indonesia…!”
sastra adalah salah satu budaya bangsa yang pernah meraih puncak kejayaan pada
masa lama, yakni pada abad 20 (1901-2000) dimulai dari zaman balai pustaka
(1920-1933) hingga akhir dasawarsa 1990. Saat itu banyak bermunculan
sastrawan-sastrawan berbakat seperti dalam dunia puisi chairil anwar, taufik
ismail, asrul sani, dan lain-lain. Karya-karya merekapun tidak hanya diam dalam
lembaran coretan saja. Tapi, dapat terealisasikan dengan baik. Sehingga penikmat-penikmat
sastra dapat menikmatinya. Namun sayang, perkembangan sastra mulai dikatakan
lambat. Terutama pada tahun 2000-an, sastrawan-sastrawan baru indonesia mulai
tak terdeteksi, mungkin, hanya abdurrahman faiz yang mampu menunjukkan diri
dengan karyanya “untuk bunda dan dunia”. Semua terjadi disebabkan oleh
menurunnya penikmat sastra indonesia pada dunia nyata. Sastra lamapun saat ini
mulai terlupakan. Di zaman teknologi yang mulai canggih ini. Memang didunia
maya perkembangan sastra telah mulai membaik. Dapat kita lihat, kini mulai
banyak bermunculan situs-situs sastra dan ada juga beberapa pihak yang
mengadakan lomba pada situs mereka dengan tujuan meningkatkan dan mengembalikan
kejayaan sastra. Namun, perkembangan didunia maya ini memiliki beberapa kelemahan
diantaranya, jangkauannya yang kurang luas. Sehingga, banyak penikmat-penikmat
sastra yang tidak dapat merasakan perkembangan ini. Kelemahan ini disebabkan
oeh beberapa hambatan, antara lain :
- Dunia maya / internet tidak dapat menjangkau seluruh kalangan.
- Masih banyaknya penikmat dan peminat sastra yang tidak dapat mengakses internet, bahkan menggunakan computer.
- Dan lain sebagainya.
- IV. Kesimpulan :
dari pembahasan diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa lambatnya
perkembangan sastra indonesia ini membawa beberapa akibat, seperti semakin
menurunnya angka peminat dan penikmat sastra yang dapat menyebabkan sastra
indonesia terlupa sebagai warisan budaya bangsa. Permasalahan mungkin disebabkan
karena kurangnya pengembangan bakat, pengenalan sastra indonesia pada mayarakat
luas. Jadi, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menyelesiakan
permasalahan ini, seperti :
- Mensosialisasikan dan mengenalkan “apa itu sastra indonesia ?”.
- Menumbuhkan semangat cinta sastra.
- Meningkatkan pengembangan bakat sastra generasi muda indonesia.
![http://tulisanria.files.wordpress.com/2011/01/toleransi.jpg?w=300&h=295](file:///C:%5CUsers%5CAcer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image002.jpg)
Jauh memang, tetapi ketika sampai di
depan pintu gerbang masuk kota yang kecil dan hijau ini kita akan disambut oleh
sebuah bangunan rumah sakit yang cukup gagah yang berdiri paling pojok sebelah
barat kota ini. Hijau itulah yang terlihat disini. Hal ini pun diakui oleh
temen sealumni saya yang suaminya bekerja di Telkomsel Ahmad Yani.
Ketika saya melewati tiga bulan
disini, saya mulai merasa adanya hegemoni masyarakat yang heterogen. Berbagai
suku menyatu berbaur bersama-sama membangun sebuah kota kecil ini untuk
menyamai kota-kota yang telah maju lainnya. Jawa, sunda, banjar, kutai, dayak,
bugis, palembang dan masih banyak yang lain. Mereka datang kesini mengais
rejeki seperti halnya saya. Tetapi ketika tidak memandang sebagai satuan
individu maka akan terlihat bahwa kehadiran mereka disini adalah salah satu
komponen bangsa untuk menciptakan kemajuan di suatu wilayah Timur Kalimantan.
Untuk menciptakan itu bahasa
merupakan salah satu partikel fundamental yang memberikan kontribusi paling
banyak. Orang jawa menggunakan bahasa Jawa, orang sunda terbiasa dengan bahasa
Sundanya dan Kutai dengan dengan bahasanya. Bagaimana jika ketiga orang
tersebut yang memiliki latar belakang budaya berbeda. Disinilah terlihat sekali
jika bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa penyatu, yang menjembatani agar
kami bisa saling mengerti dan memahami.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa
penyatu tidak berdiri sendiri begitu saja. Tolerasi dan sikap tentu juga
menjadi bumbu yang dinamis agar komunikasi bisa tersampaikan satu sama lain.
Kenapa? budaya berbeda maka adatnya pun berbeda. Sebagai contoh orang batak
memiliki tabiat yang begitu keras, orang jawa lebih kalem. Jiwa yang kalem
tidak bertoleransi pada seorang Batak,entah apa jadinya. Bukannya maksut
tersampaikan malah bisa-bisa akan bertengkar.
Budaya Indonesia
Yang Di Klaim Malaysia
Sungguh sangat Menyakitkan hati bangsa indonesia atas ulah
negeri tetangga yang telah banyak meng klaim budaya-budaya indonesia,mengapa
negara tetangga tersebut begitu leluasa meng klaim budaya kita?apakah karena
kita terlihat begitu lemah??mengutip perkataan bapak jero wacik selaku menteri
budaya dan pariwisata sore tadi yang mengatakan bahwa “Kita adalah negara kaya
kebudayaan,sedangkan negara tetangga miskin kebudayaan,makanya dia berusaha
untuk memiliki sebagian kebudayaan tersebut”..sepertinya kok tenang-tenang saja
dan cenderung pasrah begitu saja budaya kita dicomot dan di injak2 oleh negara
tetangga.sungguh sangat ironis sekali,padahal yang namanya budaya itu adalah
smbol suatu negara,jikalau budaya kita sudah dipermainkan serta di klaim,itu
sama saja menginjak2 harga diri bangsa indonesia…dari semua budaya yang di
klaim malaysia,saya menulis 10 besar yang telah di klaim ….1.Batik\
![https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg18ReZU3wGUD8usRfTMeMDUA-IBELvFD4IAQB6dI1q1ch4IoUIOiWAmNCAIMRD1F3cvtXjvKJXsSukhCT7JWZWsNp0F7je08ZEvxYC0Q4QSCMBERVKF5vSSUMq-LqmFtiOVi5idFcO8Giq/s1600-r/batik1.jpg](file:///C:%5CUsers%5CAcer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image003.jpg)
Klaim Malaysia atas batik sangat meresahkan perajin batik Indonesia. Bangsa ini harus segera menghapus bayang-bayang yang meresahkan itu agar perajin batik Indonesia di kemudian hari tidak perlu memberi royalti kepada negara lain.
Perajin batik Pekalongan, Romi Oktabirawa, mengatakan hal itu dalam pembentukan Forum Masyarakat Batik Indonesia di Jakarta. Romi mengatakan, generasi batik masa lampau hanya melihat kompetisi antarperajin di dalam negeri. Kini, sudah saatnya perajin batik bersatu, menunjukkan eksistensi bahwa batik adalah warisan budaya Indonesia.
Untuk melestarikannya, Pemerintah Indonesia akan menominasikan batik Indonesia untuk dikukuhkan oleh Unesco sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage).
2.Tari Pendet
![https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirLoRviqDsXCpzbVb7C5ZdM7Vzz7c5Fu4TK5I8zNRrAGfAbRrJBbskrG3uVBgxSBhyphenhyphenGUDyuCrWt5slpECo6_MuapkMPa1Nf55DEpY37mUC4Z5YWS2L610_Y_Gpo74VllpsJUlRDl4ViSwi/s1600-r/TariPendetVidiaAndCindy.jpg](file:///C:%5CUsers%5CAcer%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image004.jpg)
Geram dan marah muncul dari masyarakat Indonesia menyikapi klaim kebudayaan yang dilakukan Malaysia. Berbagai aset budaya nasional dalam rentang waktu yang tak begitu lama, diklaim negara tetangga. Pola pengklaimannya pun dilakukan melalui momentum formal kenegaraan. Seperti melalui media promosi ‘Visit Malaysia Year’ yang diselipkan kebudayaan nasional Indonesia.
3.Wayang Kulit
4.Angklung
5.Reog Ponorogo
6.Kuda Lumping
7.Lagu Rasa Sayange
8.Bunga Rafflesia Arnoldi
9.Keris
10.Rendang Padang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar